Jumat, 19 Juli 2013

Flashfiction : The End ?

Dia membuka almari dan meraih sesuatu dari rak paling bawah. Sebuah plastik pembungkus. Perlahan dimasukkannya kembali boneka pink bertuliskan “I Love You” ke dalam plastik pembungkus saat pertama dia menerima pemberian itu dulu. Dia masih belum percaya dengan kesimpulan yang belum tentu benar tentang ketidakjujuran yang dilakukan terhadapnya. Ternyata saling memahami memang bukan hal yang mudah. Butiran bening mengalir kembali melewati pipinya. Logikanya terus mengingatkan bahwa ini jalan terbaik. Mengingatkan atas kepercayaannya tentang arti cinta. Ah, tahu apa dia soal cinta? Dia yang selama ini sibuk dengan pekerjaannya, seolah punya dunia sendiri dibalik kubikel berisi meja kerja dan tumpukan file berisi naskah asing yang harus dia terjemahkan. What does love mean, Al? It means, you’re happy to see someone you love happy. Hatinya bersuara menguatkan. Biarkan kamu belajar bahwa cinta adalah ikhlas melepas demi kebahagiaan orang yang dicintai. Bukan mempertahankan atau menggenggam setengah mati.

Dia menarik napas panjang, mengisi paru – paru dengan oksigen sebanyak mungkin. Dulu dia sempat tidak menyangka ketika orang itu berlari dalam keadaan hujan dan izin meninggalkan kuliah untuk mengejar bus terakhir di Terminal Purabaya. Hanya untuk menemani pulang dan melihatnya sampai rumah dengan selamat. Dan di akhir perjalanan bukan dia saja yang sakit, orang itu juga ikut sakit dan muntah - muntah. Mungkin masuk angin akibat cuaca Surabaya yang sedang tidak bersahabat. Dasar bodoh. Aku bisa pulang sendiri walau dalam keadaan sakit. Tidak perlu diantar sampai kamu harus meninggalkan kuliah segala. Nah, sekarang kamu jadi ikut sakit juga. Begitu pikirnya malam itu. Antara iba dan terharu atas apa yang dilakukan orang itu. Itu adalah satu ingatan yang bertempat sangat rapi dalam lokus memori. Kejadian konyol yang sudah berlangsung beberapa tahun silam saat mereka masih menyandang status mahasiswa.
Dia kembali mengusap boneka pink itu sebelum meletakkannya di dasar almari, seolah tidak mau berpisah. Boneka yang telah menemani tidurnya bertahun – tahun. Menjadi saksi bisu perjalanannya sejak mahasiswa sampai bekerja dan dewasa seperti ini. Menjadi saksi bisu atas perjalanan mereka. Menjadi saksi atas cinta mereka yang sederhana. Tanpa bualan romantis atau pun pernyataan cinta layaknya remaja kasmaran. Tanpa adanya status. Hanya masing – masing dari mereka tahu dan sadar bahwa mereka saling menyayangi. Walau sekarang mereka harus menyadari bahwa rencana Tuhan tidak sesederhana cita – cita mereka. RencanaNya lebih rumit daripada rumus fisika.

Inspired by : Coupl(ov)e and Afgan’s song, “Jodoh Pasti Bertemu”

1 komentar: