Jumat, 05 Juli 2013

Review : CoupL(ov)e

Judul                     : CoupL(ov)e
Author                   :  Rhein Fathia
Editor                    : Noni Rosliyani
Cetakan Pertama  : Februari 2013
Publisher          : Bentang Pustaka


Sometimes, people get married not because they’re in love. They’re couple who have some future dreams and decide to get happy life.


Kyaaaa… finally bisa baca novel ini. Seneng! pake banget ! :D . Thank you so much untuk Alfy yang sudah berkenan meminjamkan novelnya. Pertama kali tahu CoupLove ini kira-kira tahun 2010, ketemunya juga tidak sengaja waktu berselancar di dunia maya. Masih dalam bentuk online novel gitu seingat saya. Di blognya Mbak Rhein memang tidak ada versi novel lengkapnya. Tapi waktu baca beberapa bagian saya sudah jatuh cinta, dan tahun 2013 ini baru selesai dan dilempar ke pasaran. Saya dari dulu memang penikmat novel romance yang sedikit banyak mengandung unsur religi. Jadi tidak melulu romance semua isinya. Mbak Rhein pintar sekali mengolah jalinan cerita dalam novel, saya sampai terharu *hehehe. Latar belakang pendidikannya memang tidak nyambung sih, lulus dari Universitas Indonesia jurusan Fisika, konsentrasi Nuklir Partikel dan sekarang melanjutkan pascasarjana di Institut Teknologi Bandung, jurusan Magister Bisnis, konsentrasi Creative and Cultural Entrepreneurship. Tapi baginya yang penting menyenangkan dan bisa menambah pengetahuan. Mungkin karena pernah mencicipi menjadi mahasiswa UI dan ITB, novel ini juga bersetting sama. Rasanya saya kembali diajak ke Bandung dan kembali menyusuri ITB.

Bercerita tentang Halya dan Raka, dua sahabat yang menikah tanpa cinta. Hanya ada rasa nyaman, cita – cita, dan logika, serta sebagai sahabat yang saling mengerti satu sama lain. Murni sahabat, tanpa cinta. Raka mengerti benar tentang Halya, begitu juga sebaliknya. Karena perjanjian konyol mereka sewaktu SMA –mungkin juga doa yang tercatat malaikat- mereka menikah. Isi perjanjian itu apabila sampai umur 30 mereka belum menikah, Raka akan melamar Halya. Melewati gerbang pernikahan dan memulai hidup sebagai pasangan suami istri yang tidak selayaknya suami istri. Yang berubah hanya status mereka dan sekarang mereka tinggal satu atap (meski berbeda kamar). Halya sebenarnya hampir saja menikah dengan Gilang, pemuda yang penuh kejutan dan penuh filosofi yang sangat mencintai Halya dengan tulus. Jika saja Tuhan tidak berkehendak lain. Sampai sekarang menikah dengan Raka, Halya masih sangat berharap Gilang kembali. Raka sendiri masih menyimpan cinta untuk Rina, kisah masa kuliah yang penuh romantisme membingungkan. Tak ada status dalam hubungan mereka waktu itu, hanya ada kata cinta yang tak terucap. Dan sekarang Rina kembali pulang, menawarkan cinta yang ternyata tidak pernah hilang. Liku kehidupan mereka berdua didampingi oleh Gamma dan Puput, sahabat yang selalu berusaha menyadarkan bahwa sudah ada cinta di antara mereka. Sampai pada suatu keputusan berat yang harus mereka ambil, harus kah perceraian menjadi akhir persahabatan dan pernikahan mereka? Halya dengan ikhlas dan tulus mau menyerahkan Raka untuk Rina, sesuai dengan kepercayaannya, What does love mean? It means, you’re happy to see someone you love happy. Meski dia sadar dia sudah jatuh cinta dengan Raka, suaminya sekaligus sahabatnya. Tanpa dia tahu Raka juga merasakan hal yang sama. Namun sulit sekali terucap kata ajaib “cinta” di antara mereka berdua. But, love will find it’s way. Love and relationship is work. Karena pada akhirnya, cinta bukan lagi tentang uang, kedudukan, seks, fisik, atau apa pun. Selama kamu nyaman, as long as you feel that ‘click’ with someone, just go on.

Hm…sempat emosi dan gemas juga dengan Halya dan Raka, apalagi ketika keputusan berpisah akan diambil. Pada bagian awal mungkin akan banyak yang mengira ini kisah ringan persahabatan khas remaja yang berujung pada pernikahan dan bahagia. Memasuki cerita ternyata diajak menekuri kisah dua manusia yang penuh konflik dan tidak bisa dianggap sebagai konflik ringan. Saya mengerti bagaimana rasanya menjadi Halya atau Raka. Bagaimana rasanya CLBK, cinta lama belum kelar *hehehe. Sangat mungkin terjadi pada kehidupan setelah pernikahan, bagaimana romantisme masa lalu menarik kita kembali dari masa sekarang. *hei, gue tahu banget rasanya! Eh, keceplosan *hehehe. Pintar – pintar kita menjaga hati dan perasaan orang yang berada di samping kita saat ini. Dan HARUS diingat, kita tidak bisa hidup berdampingan dengan masa lalu. Awalnya mengulang romantisme masa lalu memang membawa kebahagiaan, but we don’t realize, it will never comeback. Jadi, untuk yang sudah menikah dan yang pernah punya kisah masa lalu, cepat sadarkan diri anda! *hahaha (petuah buat saya juga :3). Jangan pernah berhutang doa pada orang-orang yang hadir di pernikahan, Tuhan tidak akan pernah suka akad sakral yang terucap itu harus terhapus dengan kata cerai :) .

Kau tahu, kenapa orang menikah selalu mendapat ucapan “Selamat Menempuh Hidup Baru”? Karena mereka harus meninggalkan orang – orang yang pernah mereka cintai di masa lalu.

2 komentar: