Jumat, 07 November 2014

Aku Percaya


Cerita sebenarnya tidak pernah akan berakhir. Sama seperti kehidupan itu sendiri. Karena kehidupan adalah sebuah kitab penuh cerita. Setelah manusia mati pun, cerita akan tetap ada. –Jakarta, April 2009_Anissa Salsabila-

Entah bagaimana aku, kamu, atau mereka mendeskripsikan semua. Sesuatu yang ajaib dan luar biasa. Yang sekejap datang dan merenggut alam nyata. Membawa kita berdua pada rangkaian kata lalu menjadi sebuah cerita.

Kita bukan Romeo dan Juliet atau Laila dan Qais yang majnun. Karena gerimis air mata itu malah menyalakan kobaran api semangat dalam hidup. Aku percaya, perpisahan ini akan membuat kita semakin kuat, membaja, kokoh. Seperti prasasti purba yang menuliskan sejarah yang tak lekang oleh masa. Aku dan kamu berharap ini adalah keputusan yang membawa kita menuju jalan terbaik. Semoga masing – masing dari kita bisa saling memperbaiki diri menjadi lebih baik di mata-Nya. Aamiin.

Entah berapa puluh purnama yang harus kita lewati. Aku sangat percaya suatu saat kita akan dipertemukan kembali. Dan dinikahkan oleh semesta.

The Long Distance Relationship



.....Aku ingin segera menyeberangi lautan dan melompati gumpalan awan. Menembus batas antara jarak dan rindu untuk segera bertemu....

 “Kamu mau pesan apa? Mm.. biar aku tebak, pasti kopi pahit tanpa gula ya?”, Riani sudah berceloteh dengan riang sebelum Radit sempat menjawab pertanyaannya.
“Iya. Kok kamu tahu?”, jawab Radit dengan tersenyum.
“Apa sih yang aku nggak tahu tentang kamu?”, balas Riani sambil tertawa renyah.
“Aku memang nggak salah pilih istri ya... hahaha.” Radit ikut menimpali canda yang dilontarkan istrinya itu.
“Mbak, coklat panas satu, dikasih gula sedikit ya,” pesan Riani kepada pelayan Cafe.
“Mbak, kopi pahit tanpa gula satu ya,” pesan Radit kepada pelayan Cafe.
Tiba- tiba hening menyeruak. Riani yang tadinya ceria dan berceloteh mendadak diam. Air wajahnya menunjukkan sesuatu yang sedang dipendam. Radit menangkap perubahan raut wajah istrinya itu.
                “Ri, kamu yang sabar ya. Sebentar lagi semuanya selesai dan aku pasti kembali”
Sejenak Riani menundukkan wajah dan tersenyum. Matanya kembali menatap layar notebook di depannya. Layar itu berisi wajah Radit, suaminya. Wajah teduh yang selalu dia rindukan belakangan ini.