Tentang sebuah kisah yang mungkin
tidak penting bagimu. Bersumber dari sebuah diary kecil yang tidak sengaja
terbuka lembarannya. Dibantu suara Afgan dengan sebuah lagu berjudul
“Sabar”....
Januari 2010 Via merasa sangat
terbantu dengan kehadiranmu. Jadwal kelas 9 SMP yang padat karena sudah banyak
sekali ujian rasanya cukup membuat kepala pening. Apalagi ditambah sebuah
amanah yang seharusnya sudah dilepas, namun karena beberapa alasan masih
terletak di pundaknya. Dimulai dari Hari Minggu 24 Januari 2010,...
Hm...sebenarnya ini bukan pertama kalinya Via bertemu denganmu. Ini cerita
pertemuan pertama kalian --> http://ivafirdayanti.blogspot.com/2013/05/do-you-still-remember.html
. Setelah pertemuan itu pun Via dan kamu sering sekali bertemu meski hanya
sebatas menyapa dan melempar senyum di sore hari sepulang Via belajar kelompok
atau mengerjakan tugas di sekolah sedangkan dirimu sedang berlatih pencak silat.
Hari Minggu pagi itu diawali dengan Try Out di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar
bernama Pr*m*g*m*. Lalu cepat – cepat memacu motor menuju SMP tercintanya untuk
persiapan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang pastinya melibatkanmu juga. Setelah
persiapan Via juga masih ada pertemuan dengan beberapa alumni SMP. Dan apa yang
dibahas pada pertemuan itu tidak ada yang masuk sama sekali di kepalanya karena
dia sedang bingung. Bingung karena persiapan LDK yang sudah matang tiba – tiba
terancam berantakan karena pembina organisasi memanggilnya dan memberi jadwal
kegiatan yang cukup jauh dibanding jadwal kegiatan yang telah dia susun dengan
panitia lain. Via lumayan syok karena hal itu. Saat itu dia hanya tahu kalau
dia perlu kamu. Kamu berhasil menenangkannya dan berkata “semua pasti bisa
diatasi”. Entah penting atau tidak, hari itu kamu sempat menggoda Via dengan
sapaan “cewek”, dan Via tidak suka hal itu. Besoknya (25/1) kegiatan berjalan
cukup lancar berkat bantuanmu. Walau ada banyak sekali kontra dengan beberapa
pihak. Sampai malam tiba semua berjalan sesuai rencana. Malam itu, entah kamu
ingat apa mungkin sudah lupa karena ini sama sekali tidak penting bagimu, kamu
sempat menggelandang tangan Via dan membisikkan sesuatu. Sama sekali bukan hal
yang penting karena yang kamu bisikkan adalah sebuah tugas. Murni tugas. Hanya
saja hati Via sedikit berkata lain. Padahal kamu sangat profesional. Hari itu
juga Via merasa kamu beberapa kali sempat memandangnya tajam. Mungkin memang
Via terlalu memakai perasaannya sebagai seorang wanita. Atau Via saja yang
terlalu GR. Selesai acara kembang api malam itu ada acara semacam uji mental.
Ada beberapa panitia yang berdandan seram. Via kebetulan hanya bertugas menjaga
dan ditempatkan di sebuah pos bersama seorang temannya yang berdandan seram. Mungkin
Via agak cemburu dengan Sita, temannya, yang kebetulan (sepertinya bukan
kebetulan, tapi kesengajaan) kamu ajak berkeliling. Tidak seperti dia yang
harus duduk berjam – jam di tempat yang gelap dan penuh nyamuk. Ini bukan
masalah perasaan, toh, Via belum merasakan suatu hal luar biasa kepadamu. Dia
hanya merasa kamu sedikit memperhatikannya. Meski kadang dia merasa kamu PHP
karena di lain pihak kamu juga memberi harapan yang lebih kepada Sita. Via
sempat merekam beberapa kedekatanmu dengan Sita ketika kalian berbicara atau
makan bersama. Via sadar sepenuhnya apalah artinya dia dibanding Sita di
hadapanmu. Besok paginya (26/1) kamu hilang lagi tanpa jejak. Sekitar jam 9
pagi Via sangat ngantuk dan merasa sangat lemas karena malamnya memang hampir
tidak tidur. Via mengajak Putri, temannya, untuk ke musholla dan tidur sebentar
sementara kegiatan juga masih berlangsung dan kebetulan masih ada yang
menghandle. Entah jam berapa kamu sudah berada di dekat Via dan mengerjakan
sesuatu di laptopmu dan memutar lagu – lagu Vierra lumayan keras. Kamu sempat
menyarankan agar Via memperbaiki posisi tidurnya agar lebih enak karena posisi
tidur Via waktu itu adalah sambil duduk. Alhamdulillah akhirnya dua hari itu
berjalan menyenangkan. Mungkin dua hari kemarin adalah hari – hari terindah Via
denganmu. Hari – hari setelah LDK juga cukup indah bagi Via. Meski penuh
ke-PHP-anmu. Ingat nggak waktu kamu bilang mau datang ke rumahnya untuk bertemu
orang tuanya? Yaa.. walau Via tahu dan sadar itu hanya candaanmu saja. Tanpa
ada keseriusan. Kalau diingat – ingat awalnya adalah karena sempat beredar
kabar kamu sedang mencari seseorang, dan menurut orang – orang kriterianya ada
di Via. Padahal Via sama sekali tidak tahu kriteriamu seperti apa. Kamu begitu
santainya menanggapi candaan orang – orang ketika dipasangkan dengan Via. Hanya
saja kamu berulangkali membuat Via kecewa dan patah. Bagaimana bisa di hari
yang sama kamu bilang kepada Via kalau kamu mau ke rumahnya dan bertemu orang
tuanya, lalu kemudian kamu mengatakan kepada Sita, “kita jadian aja yuk?”
sambil memegang tangan Sita? Sempat mau meneteskan air mata saat itu juga namun
Via berhasil mengalihkan perhatiannya dengan berbicara kepada teman di
sebelahnya. Lalu hatinya kembali hancur karena menyaksikanmu membonceng Sita.
Tidak hanya itu, Via kembali terkoyak ketika membuka akun facebook dan
mendapati Berandanya penuh foto – fotomu dengan Sita. Yang lebih memberinya
tamparan adalah kamu terang – terangan berfoto berdua dengan Sita di depannya.
Begitu banyak pertanyaan Via tetangmu dan tentang kalian. Hingga akhirnya waktu
menjawab semuanya dan kamu merasakan bagaimana rasanya patah hati karena Sita
ternyata sudah mempunyai kekasih. Kemudian kamu menemukan Via sebagai pelabuhan
terakhirmu. Andai tidak perlu ada Sita. Andai tidak perlu ada yang lain sebelum
Via. Sampai sekarang Via masih dalam proses belajar menerima masa lalumu dan
tidak mempermasalahkannya. Itu bukan hal yang mudah bagi Via. Karena menurutnya
kamu tetap saja tidak bisa lepas dari masa lalu yang penuh orang lain itu. Kamu
seperti sengaja tetap menjalin hubungan baik dengan berbagai kisah masa lalu
itu. “Masih menjalin hubungan baik dengan masa lalu memang sah – sah saja, tapi
itu bukan suatu hal yang benar (-Mario Teguh-)”.
#Maaf kalau tidak mengenakkan
dibaca. Ini dibuat hanya untuk bersenang – senang dan sekedar mengingat
kenangan masa lalu yang semoga benar – benar berlalu. Lagipula cerita di atas
terjadi dalam pikiran sewaktu masih memakai seragam putih biru kok. Masih
ababil, ABG labil -_-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar