Kamis, 03 April 2014

Sekelumit Kisah Patah Hati



Tentang sebuah kisah yang mungkin tidak penting bagimu. Bersumber dari sebuah diary kecil yang tidak sengaja terbuka lembarannya. Dibantu suara Afgan dengan sebuah lagu berjudul “Sabar”....

Januari 2010 Via merasa sangat terbantu dengan kehadiranmu. Jadwal kelas 9 SMP yang padat karena sudah banyak sekali ujian rasanya cukup membuat kepala pening. Apalagi ditambah sebuah amanah yang seharusnya sudah dilepas, namun karena beberapa alasan masih terletak di pundaknya. Dimulai dari Hari Minggu 24 Januari 2010,... Hm...sebenarnya ini bukan pertama kalinya Via bertemu denganmu. Ini cerita pertemuan pertama kalian --> http://ivafirdayanti.blogspot.com/2013/05/do-you-still-remember.html . Setelah pertemuan itu pun Via dan kamu sering sekali bertemu meski hanya sebatas menyapa dan melempar senyum di sore hari sepulang Via belajar kelompok atau mengerjakan tugas di sekolah sedangkan dirimu sedang berlatih pencak silat. Hari Minggu pagi itu diawali dengan Try Out di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar bernama Pr*m*g*m*. Lalu cepat – cepat memacu motor menuju SMP tercintanya untuk persiapan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang pastinya melibatkanmu juga. Setelah persiapan Via juga masih ada pertemuan dengan beberapa alumni SMP. Dan apa yang dibahas pada pertemuan itu tidak ada yang masuk sama sekali di kepalanya karena dia sedang bingung. Bingung karena persiapan LDK yang sudah matang tiba – tiba terancam berantakan karena pembina organisasi memanggilnya dan memberi jadwal kegiatan yang cukup jauh dibanding jadwal kegiatan yang telah dia susun dengan panitia lain. Via lumayan syok karena hal itu. Saat itu dia hanya tahu kalau dia perlu kamu. Kamu berhasil menenangkannya dan berkata “semua pasti bisa diatasi”. Entah penting atau tidak, hari itu kamu sempat menggoda Via dengan sapaan “cewek”, dan Via tidak suka hal itu. Besoknya (25/1) kegiatan berjalan cukup lancar berkat bantuanmu. Walau ada banyak sekali kontra dengan beberapa pihak. Sampai malam tiba semua berjalan sesuai rencana. Malam itu, entah kamu ingat apa mungkin sudah lupa karena ini sama sekali tidak penting bagimu, kamu sempat menggelandang tangan Via dan membisikkan sesuatu. Sama sekali bukan hal yang penting karena yang kamu bisikkan adalah sebuah tugas. Murni tugas. Hanya saja hati Via sedikit berkata lain. Padahal kamu sangat profesional. Hari itu juga Via merasa kamu beberapa kali sempat memandangnya tajam. Mungkin memang Via terlalu memakai perasaannya sebagai seorang wanita. Atau Via saja yang terlalu GR. Selesai acara kembang api malam itu ada acara semacam uji mental. Ada beberapa panitia yang berdandan seram. Via kebetulan hanya bertugas menjaga dan ditempatkan di sebuah pos bersama seorang temannya yang berdandan seram. Mungkin Via agak cemburu dengan Sita, temannya, yang kebetulan (sepertinya bukan kebetulan, tapi kesengajaan) kamu ajak berkeliling. Tidak seperti dia yang harus duduk berjam – jam di tempat yang gelap dan penuh nyamuk. Ini bukan masalah perasaan, toh, Via belum merasakan suatu hal luar biasa kepadamu. Dia hanya merasa kamu sedikit memperhatikannya. Meski kadang dia merasa kamu PHP karena di lain pihak kamu juga memberi harapan yang lebih kepada Sita. Via sempat merekam beberapa kedekatanmu dengan Sita ketika kalian berbicara atau makan bersama. Via sadar sepenuhnya apalah artinya dia dibanding Sita di hadapanmu. Besok paginya (26/1) kamu hilang lagi tanpa jejak. Sekitar jam 9 pagi Via sangat ngantuk dan merasa sangat lemas karena malamnya memang hampir tidak tidur. Via mengajak Putri, temannya, untuk ke musholla dan tidur sebentar sementara kegiatan juga masih berlangsung dan kebetulan masih ada yang menghandle. Entah jam berapa kamu sudah berada di dekat Via dan mengerjakan sesuatu di laptopmu dan memutar lagu – lagu Vierra lumayan keras. Kamu sempat menyarankan agar Via memperbaiki posisi tidurnya agar lebih enak karena posisi tidur Via waktu itu adalah sambil duduk. Alhamdulillah akhirnya dua hari itu berjalan menyenangkan. Mungkin dua hari kemarin adalah hari – hari terindah Via denganmu. Hari – hari setelah LDK juga cukup indah bagi Via. Meski penuh ke-PHP-anmu. Ingat nggak waktu kamu bilang mau datang ke rumahnya untuk bertemu orang tuanya? Yaa.. walau Via tahu dan sadar itu hanya candaanmu saja. Tanpa ada keseriusan. Kalau diingat – ingat awalnya adalah karena sempat beredar kabar kamu sedang mencari seseorang, dan menurut orang – orang kriterianya ada di Via. Padahal Via sama sekali tidak tahu kriteriamu seperti apa. Kamu begitu santainya menanggapi candaan orang – orang ketika dipasangkan dengan Via. Hanya saja kamu berulangkali membuat Via kecewa dan patah. Bagaimana bisa di hari yang sama kamu bilang kepada Via kalau kamu mau ke rumahnya dan bertemu orang tuanya, lalu kemudian kamu mengatakan kepada Sita, “kita jadian aja yuk?” sambil memegang tangan Sita? Sempat mau meneteskan air mata saat itu juga namun Via berhasil mengalihkan perhatiannya dengan berbicara kepada teman di sebelahnya. Lalu hatinya kembali hancur karena menyaksikanmu membonceng Sita. Tidak hanya itu, Via kembali terkoyak ketika membuka akun facebook dan mendapati Berandanya penuh foto – fotomu dengan Sita. Yang lebih memberinya tamparan adalah kamu terang – terangan berfoto berdua dengan Sita di depannya. Begitu banyak pertanyaan Via tetangmu dan tentang kalian. Hingga akhirnya waktu menjawab semuanya dan kamu merasakan bagaimana rasanya patah hati karena Sita ternyata sudah mempunyai kekasih. Kemudian kamu menemukan Via sebagai pelabuhan terakhirmu. Andai tidak perlu ada Sita. Andai tidak perlu ada yang lain sebelum Via. Sampai sekarang Via masih dalam proses belajar menerima masa lalumu dan tidak mempermasalahkannya. Itu bukan hal yang mudah bagi Via. Karena menurutnya kamu tetap saja tidak bisa lepas dari masa lalu yang penuh orang lain itu. Kamu seperti sengaja tetap menjalin hubungan baik dengan berbagai kisah masa lalu itu. “Masih menjalin hubungan baik dengan masa lalu memang sah – sah saja, tapi itu bukan suatu hal yang benar (-Mario Teguh-)”.

#Maaf kalau tidak mengenakkan dibaca. Ini dibuat hanya untuk bersenang – senang dan sekedar mengingat kenangan masa lalu yang semoga benar – benar berlalu. Lagipula cerita di atas terjadi dalam pikiran sewaktu masih memakai seragam putih biru kok. Masih ababil, ABG labil -_-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar