Senin, 29 Oktober 2012

There Is No Other Love



Menggenang di pelupuk mata dan membuat pandangan kabur. Sesuatu itu mendesak keluar dan meleleh turun. Just because of a song. Yah, konyol memang. Tapi sebuah kata terindah di dunia itu memang selalu membuat saya sesak. Mengingat apa yang telah dia berikan kepada saya dan apa yang telah saya balas untuk semua itu. Suara lembut Celine Dion dalam “Goodbye’s (The Saddest Word)” selalu menyisakan perasaan bersalah yang tidak akan pernah habis.

Untaian doa yang tak bosan diulang-ulang kepada Tuhan dalam tiap sujudnya. Secawan petuah sederhana yang mengandung cinta selalu terucap dari bibirnya tiap Senin pagi. Senyum penuh kerinduan tiap kedatangan saya di Sabtu sore. Air mata kekecewaan jika saya menyakiti hati lembutnya. Hari ini saya kembali melukainya. Hebatnya, esok hari dia masih mengantar keberangkatan saya. Tidak perlu saya ulang apa saja yang telah dia lakukan selama hidup saya. Semua juga sudah tahu apa yang dilakukan sosok sepertinya untuk kita. Tidak perlu saya ulang. Biar menjadi bagian tersendiri dalam sistem kerja cerebrum yang tidak akan dihapus sampai saya kembali kepadaNya.

Sekeras apa pun saya berusaha tetap tidak terbayar semua hutang itu. Bagi saya itu adalah hutang yang akan terus berbunga. Saya mungkin hanya bisa membayar sedikit bunganya. Tidak, saya tidak akan bisa membayar itu semuanya. Bunganya sekalipun. Saya hanya bisa memberi janji akan melunasinya suatu saat tanpa kepastian kapan saat itu tiba.
                All I ever needed
                Was a guarantee of you loving me
   ‘cause I know
                There is no other love like a mother’s love for her child…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar