Minggu, 05 Juli 2015

Interprofessional Education : Kolaborasi Dokter Muda dan (calon) Bidan Muda

Ini kelompok kami (sayang mei belum bisa ikut karena habis jaga malam)
Akhirnya kesampaian buat meng-update blog ini lagi. Setelah sekian lama meninggalkan dunia per-blog-an dengan alasan telah berubah menjadi manusia banyak urusan. Hehe. Mau menceritakan sedikit pengalaman dari IPE (Interprofessional Education)-Community Health Project. Mungkin dulu sempat mendengar kata IPE waktu ada NHC (National Health Colaboration) yang pernah diadakan di Unissula dan UGM ya kalau tidak salah. Setahu saya itu adalah inisiasi dari beberapa organisasi kemahasiswaan profesi kesehatan seperti ISMKI,CIMSA, (bagi Pendidikan Dokter), Ikamabi (Kebidanan), Ismafarsi (Farmasi), dan beberapa ormawa profesi kesehatan lainnya.

Jadi, pada Praktik Klinik Kebidanan (PKK) 2 ini saya mendapat tempat praktik di Puskesmas Gajahan setelah sebelumnya di RSUD Karanganyar. Nah, ternyata ada tugas tambahan nih (banyak amat ya tugasnya, yang wajib juga belum kelar yang lain bermunculan -_- ), saya dan beberapa kawan yang berpraktik di Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta mendapat tugas dari Fakultas kami, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret untuk berkolaborasi dengan  dokter muda (coass) untuk merencanakan dan melaksanakan sebuah proyek kesehatan komunitas. 

Tim saya sendiri terdiri dari 6 orang, 3 bidan (saya, ida, mei) dan 3 dokter muda (mbak dian, mas anton, mas rendra). Mungkin ini salah satu cara Tuhan untuk kembali mengingatkan saya tentang semangat saya untuk terus bertahan di sini. Hehe. Setelah melakukan kunjungan pertama kali pada rumah klien/pasien kami, saya merasa ada sebuah semangat yang menyelinap entah dari mana. Yaa, setelah sebelumnya saya sempat menyesal kenapa bisa tercebur dalam dunia ini, karena saya tahu keadaannya seperti apa, realitanya seperti apa calon profesi ini. Mungkin lain kali akan saya ceritakan mengenai hal itu. nah, balik lagi ke kunjungan tadi ya.. Jadi alhamdulillah kami dibantu oleh pihak puskesmas untuk mendapat pasien Nifas/Postpartum, karena fokus kami dalam proyek komunitas kali ini adalah Post Natal Care (PNC). 

Pasien kami berinisial “P”, berusia 19 tahun, menikah karena perutnya sudah berisi duluan (Married By Accident), tinggal di salah satu kampung di kelurahan yang dibina oleh Puskesmas Gajahan. Awalnya kami diberitahu jika mbak “P” ini akan dioperasi SC (Sectio Cesarea) karena dicurigai CPD (Cephalo Pelvis Disproportion) atau disproporsi kepala panggul karena tinggi badannya <145 cm. Hari Selasa tanggal 30 Juni 2015 kami ber-5 (mei belum bisa ikut) diantar oleh Bu Mimin, salah satu bidan senior di Puskesmas Gajahan untuk kulonuwun kepada pak lurah (istrinya pak lurah bidan juga lo.. *salah fokus), pak RT, pak RW, intinya kulonuwun dengan tokoh masyarakat setempat. Itu saya sedang jaga pagi juga padahal, jadi sedikit mencuri – curi waktu begitulah -_-  . Sehabis dari Kantor Kelurahan dan disambut dengan hangat oleh karyawan di sana, kami langsung cus menuju rumah mbak “P”. Sesampainya di sana, ternyata sedang ada upacara adat sepasaran. Lingkungan rumahnya antara satu rumah dengan yang lain berhimpit, ibu – ibu memasak di luar rumah. Jadi ketika kami masuk gang langsung jadi sorotan begitulah, macam artis masuk kampung. Hehe. Mas Anton juga sempat diminta untuk menensi beberapa ibuk – ibuk yang minta ditensi (untung saya tidak bawa tensi. Nggak jadi serbuan ibuk – ibuk kan.. hehe :D ). Alhamdulillah kami disambut cukup baik oleh keluarga klien kami karena ternyata Bu Mimin sudah cukup akrab dengan keluarga dan lingkungan di sana (ini nih salah satu bidan keren menurut pandangan saya J . Sabar, dekat, memberi asuhan sesuai evidence based, tidak pakai ilmu titen atau biasane ngene yo ra po po seperti senior pada umumnya, pinter, terus belajar sesuai update keilmuan terbaru, top lah buat jadi panutan :)). Ibunya mbak “P” itu ternyata juga salah satu kader yang dibina oleh Puskesmas Gajahan lo.

Okee, kembali ke klien kami.. kami menemukan banyak sekali budaya atau adat istiadat yang masih dianut oleh masyarakat di sini. Saya sendiri sebenarnya sangat menghormati budaya, teori yang saya dapat sewaktu kuliah juga mengajarkan pada saya untuk selalu menghormati tradisi atau apa pun budaya yang dianut suatu masyarakat karena mau tidak mau itu akan selalu bersentuhan dan selalu hidup dalam masyarakat yang akan saya hadapi nantinya. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah budaya itu seharusnya tidak membahayakan atau merugikan dalam sisi kesehatan tentunya. Hasil temuan saya pada kunjungan kali itu adalah :
  •  mbak “P” melahirkan secara normal pada tanggal 26 Juni 2015 pukul 22.00 WIB di RSUD Surakarta setelah sebelumnya ke Puskesmas dan setelah dilakukan pemeriksaan sudah ada dilatasi servik (pembukaan) 2 cm serta dinyatakan CPD oleh pihak puskesmas karena TB 142 cm
  •  Bayi lahir dengan BB 2700 gr, jenis kelamin perempuan, sempat mengalami asfiksia sehingga harus dirawat di bagian perinatal
  • Karena 2 hari ASI belum keluar dan puting susu mbak “P” terbenam, bayi sempat diberi susu formula merk S*M oleh keluarga. Tapi Bu Mimin sudah memberi penkes bahwa ASI tetap yang terbaik (nah, saya suka ini, ASI eksklusif buk.. :D , soalnya kemarin – kemarin saya sempat menemui praktik penggagalan ASI Eksklusif,. Sedih deh,. :( . Mungkin instansi tersebut sudah bekerjasama dengan salah satu produsen Susu formula. Merknya sama semua susunya. Jahaaaatttt -_- ). Sudah dijelaskan juga oleh Bu Mimin bahwa kasihan adek bayinya kalau diberi sufor atau selain ASI, pencernaannya akan bekerja lebih berat, karena itu kan proteinnya dari sapi sangat tinggi, padahal lambung bayi ukurannya masih sebesar kelereng. Dari sisi kecerdasannya nanti juga beda antara bayi dengan ASI eksklusif dan susu formula. Masalah kelekatan kasih sayang (bounding) dengan ibu juga akan berbeda. Dari segi keuangan juga lebih hemat kan.. Nah, mumpung belum terlanjur dan ASInya sudah keluar, segera diberikan ASI saja ya mbak :D. Susu formulanya dibuang jauh – jauh deh.. :D
  • Bayi masih memakai gurita. Padahal sepengetahuan saya, penelitian terbaru menunjukkan bahwa gurita akan menghambat pernapasan bayi. Karena bisa kita lihat bahwa bayi itu pernapasannya terlihat dari perutnya yang kembang kempis, beda dengan manusia dewasa yang dadany kembang kempis, kalau dipakaikan gurita kasihan kan adeknya susah napas.
  •  Tali pusat bayi terbuka dan sudah kering
  • Ari – ari (placenta) bayi dilarung di sungai
  • Memandikan bayi menunggu tali pusat lepas (puput). Selama ini bayi dimandikan dengan kain yang dibasahi air saja (disibin). Padahal sebenarnya tidak apa – apa memandikan bayi asal hati – hati dan menjaga agar tali pusat tetap kering dan tidak usah diberi apa – apa. Penggunaan bedak sebenarnya perlu dihindari juga. Apalgi jika bedak digunakan pada bagian – bagian yang berlubang seperti alat genital atau dekat hidung karena butirannya bisa masuk dan menyumbat.
  • Rencana untuk melakukan tindik telinga pada usia bayi 3 bulan
  • Vit. A yang ke-2 belum diminum oleh Ny. Puput. Haduu mbak, padahal seharusnya sudah habis kan, Cuma diberi 2 butir vit. A warna merah 200.000 IU kok ya nggak diminum to.. hehe. Padahal itu kan penting, biar bisa memberi vitamin A kepada adeknya lewat ASI.
  • Rencana kontrol tanggal 30 Juni 2015, tapi tidak dilakukan (ditunda) karena ada upacara adat sepasaran. Nah lho, upacara lagi.. -_-
  • Mbak “P” belum mandi dan BAB karena masih takut dan merasa nyeri dengan bekas jahitan di perineumnya. Tapi sepertinya setelah saya dan ida memberi pengertian pentingnya menjaga kebersihan diri dan untuk tidak takut BAB akhirnya mbak “P” mau mandi dan berani BAB. Hehe :D
  • PPV : lochea rubra, dbn ( ganti pembalut 2-3x/hari)
  • TFU : 3 jari dibawah pusat
  • Conjungtiva : agak pucat
  • Hb : 10,3 gr%
  • Mempunyai budaya ketika maghrib bayi harus dipangku, dan ibu tidak boleh berjalan – jalan keluar rumah. Ini tidak masalah sih sebenarnya, tidak terlalu merugikan dari sisi medis.
  • Ibu sempat diberi jamu uyug-uyug oleh keluarganya. Entahlah apa itu jamu uyug – uyug -_- . Mungkin jamu pelancar ASI seperti cerita ibunya tadi.
  • Ibu tidak boleh makan yang berkuah dan pedas dengan alasan perdarahannya nanti jadi banyak dan kalau makan pedas nanti ASInya ikut pedas dan berakibat pada bayi. Sebenarnya tidak apa – apa sih makan pedas, asal jangan banyak – banyak saja, nanti malah diare ribet kan. Hehe. Untuk tidak boleh makan berkuah, oke lah tidak apa – apa, tapi asupan gizi seimbangnya juga harus diperhatikan. Kebutuhan ibu nifas kan juga lebih banyak dari biasanya. Sebab pengakuan mbak “P” selama ini hanya makan kering, nasi dan lauk saja karena mengikuti budaya itu. Kalau hanya nasi dan lauk kering saja gizi lainnya dapat dari mana mbak,. Kasihan adek bayinya lagi kan.. hehe. Nanti ASInya nggak keluar bingung lagi.. hehe.
  • Saya juga masih melihat ada gunting bergelantungan dikaitkan di baju mbak “P”. Hmm, tidak apa – apa sih, selama tidak melukai saja. Karena biasanya adat seperti itu juga ditaruh di dekat bayi atau dikaitkan di topi penghangat kepala bayi. Malah ada yang pakai silet tajam dikaitkan di bayi. Itu nanti kalau kena gimana coba -____- . Untung guntingnya dilipat, jadi menurut saya tidak terlalu berbahaya sih. Hehe.
  • Saya dan Bu Mimin juga sempat mendengar bahwa di sini masih ada adat atau ritual walik dadah. Nah, walik dadah ini nih yang sering salah kaprah dan malah kuwalik – walik -_- . Walik dadah itu adalah pemijatan pada daerah perut (rahim) untuk dikembalikan ke bentuk semula, agar tidak menggelambir gitu deh. Biasanya dilakukan oleh mbah dukun pijat. Yang perlu diperhatikan bahwa sebenarnya budaya ini tidak perlu dilakukan karena bisa mengganggu proses involusi (kembalinya rahim ke bentuknya semula). Tuhan kan sudah menciptakan mekanisme agar rahim yang awalnya seberat 30 gram dan menjadi 1000 gram sehabis persalinan itu untuk kembali lagi ke ukuran normal. Biasanya nih mbah – mbah dukun itu meskipun sudah berumur tapi pijatannya kuat sekali, bayangkan kalau perut dipuntir – puntir gitu dalamnya kayak apa coba -_____- . bukannya kembali ke ukuran semula, malah kuwalik – walik kan -____- . Saya sendiri pernah dipijit perutnya oleh mbah dukun pijat, dan rasanya habis itu sakit sekali, kapok dah -_- .  Jadi ingat tetangga saya pernah ada yang sampai dirawat di rumah sakit karena ususnya ada yang kepluntir gara – gara pijat habis melahirkan. Mau pijat habis melahirkan sebenarnya boleh, asal jangan daerah perut, nanti mbah dukunnya diberitahu saja. Lagian kasihan mbah dukunnya juga kan kalau tidak boleh buka praktik pijat. Namanya juga usaha mencari rezeki. Hehe
Okelah, sepertinya itu saja yang mau saya curahkan di sini. cukup lah buat mengusir depresi saya selama ini. Hayati sudah sangat lelah -_____- . Mana libur lebaran masih tanda tanya besar. Padahal yang lain udah pada pasti liburnya kapan. Lha aku? Malam takbir jadwalnya jaga siang, Idul Fitri jaga malam. Opo kui.. -_- . Yah, semoga proyek IPE kami berhasil dan membawa manfaat bagi klien kami dan sekitarnya. Semoga ada banyak ilmu baru yang didapat. Semoga saya dan calon teman sejawat saya semakin memantabkan hati dan meluruskan niat untuk menekuni profesi ini. Semoga mbak dian, mas anton, dan mas rendra cepet lulus dokter dan kelak jadi dokter yang hebat dan bermanfaat. Semoga juga kolaborasi ini tidak sampai di sini. Semoga juga silaturahmi tetap terjaga walau kita beda – beda angkatan. Aamiin. SEMANGAT ^_^
ini saya, sedang melakukan pemeriksaan pada By. Ny. P ;)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar