Jumat, 08 Agustus 2014

Review : Hijrah Cinta





“Maukah kamu menjadi saksi perubahan hidupku?” 
“Aku mau, sampai kapanpun...” 


*adegan bersih – bersih blog sambil bersin – bersin (you know that... saya alergi debu -_-). Alhamdulillah, setelah sekian lama status quo blog ini, akhirnya saya tergerak untuk membukanya lagi. Hhehe. Kalender terakhir saya memposting sesuatu adalah Bulan April ya :). Yyaaa... saya tidak menyangka kalau ternyata setelah April itu benar – benar sesuatu...... rempong cin.... -_- . Deretan kegiatan udah seperti hujan saja, dan seperti biasa saya sempat “tumbang” beberapa kali (you know that...sistem imun sekunder saya tidak berkembang dengan baik sejak saya kecil -_-). Oke, stop berbicara tentang kesibukan, itu sudah kewajiban dan tidak akan berhenti mengejar saya. Nanti saya akan cerita tentang sesuatu bernama kesibukan itu.

Nah, kemarin saya baru saja menonton sebuah film. Judulnya Hijrah Cinta. Kenapa saya tertarik menonton film ini tak lain tak bukan adalah karena iming – iming Zuhrufi. Tapi bukan karena pemeran utamanya Alfie Alfandy yang suaranya keren dan mirip alm. Uje lo (kalau ini mah alasannya Zuhrufi buat nonton :p). Cerita berawal dari Uje muda (Alfie Alfandy), seorang artis yang gaya hidupnya jauh dari ridha-Nya. Hidupnya tidak lepas dari dunia malam. Pergaulan bebas penuh hura-hura menyeretnya pada seorang bandar, Yosi (Ananda Omesh), yang memperkenalkannya pada barang-barang haram. Sejak pertemuannya dengan seorang model cantik bernama Pipik (Revalina S Temat), dia berjanji akan berubah dan bahkan meminta Pipik untuk menjadi saksi perubahan hidupnya. Namun setelah menikah, ternyata Jefri tetap tidak bisa move on dari barang haram itu. Di sini peran Pipik sebagai seorang istri diuji. Berkat kesabaran dan cintanya, perlahan Jefri mulai berhijrah seperti ikrar yang diucapkannya kepada Pipik. Perjalanan hijrah memang tidak mudah. Butuh waktu untuk membuat orang percaya bahwa dia benar – benar berubah dan tidak akan kembali ke masa lalunya. Permintaan kakaknya untuk mengisi ceramah di sebuah masjid menjadi salah satu titik balik perjalanan hidup. Karirnya sebagai seorang ustadz terus menanjak naik sehingga dia mulai dikenal masyarakat. Hingga sebuah kecelakaan menjadi jalan petemuan dengan-Nya.

Sebagai sebuah film biopik, overall film ini cukup bagus, saya beri rekomendasi untuk menontonnya :D. Saya sempat meneteskan air mata sewaktu adegan khotbah shalat Jumat. Saya semakin sadar bahwa memang kita sebagai manusia tidak punya cukup tabungan menuju surga. Kita hanya punya cukup tabungan untuk menuju neraka.

" Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Surah An-Nisa' 4: Ayat ke 100)



1 komentar: