3 tahun perjalanan membuat kita belajar, memahami, dan
berfilosofi dengan sebuah profesi baru kita.
Kita mungkin sedikit berbeda dengan teman dari jurusan
lain yang bisa dengan mudah mengikuti trend mode rambut atau pun pakaian. Kita
menjadi mahasiswa yang masih mempunyai aturan dan tata tertib ketika pergi ke
kampus. Bahkan ada sebagian besar dari kita yang diharuskan memakai seragam
setiap ke kampus. Dari ujung rambut sampai ujung kaki kita punya aturan
tersendiri. Namun kita harus tahu alasan mengapa kita tidak diperkenankan
memanjangkan kuku? mengapa kita tidak boleh membiarkan rambut panjang tergerai
dan harus memakai hairnet kemudian digelung atau ditekuk? mengapa kita tidak
boleh memakai cincin, jam tangan, atau perhiasan lain yang melekat di tangan
sewaktu memegang pasien?
Karena...
Kalau tidak dipotong, ujung kuku bisa merobek sarung tangan
steril pelindung kita, tempat kuman bersarang, dan melukai bayi mungil yang kita
rawat. Begitu juga ketika mengenakan cincin dan perhiasan tangan yang lain. Itu
semua untuk keselamatan kita sendiri dan
pasien yang kita rawat.
Kita sebagai bidan mungkin tidak bisa terus mengikuti
semua trend fashion, tetapi yang terpenting kita harus terus mengikuti
perkembangan ilmu terkini di bidang kebidanan.
Perjuangan dari mengebut SKS yang terasa mustahil
dilalui, perjuangan mencari target partus di tengah kegelapan, perjuangan
menulis laporan diantara kesibukan pengabdian dan perjuangan untuk konsul
dengan seribu penantian hingga lupa jadwal makan.
Tapi . . . .
Itu merupakan langkah awal teman-temanku.
Dari apa sebenarnya makna kata “Bidan”.
Jika anda bermimpi memilih profesi bidan sebagai sarana
cepat untuk “BALIK MODAL” anda salah besar ada di kebidanan.
Seharusnya anda kuliah di PERBANKAN sehingga fasih
akan urusan alur keuangan.
Merinci setiap materi yang dikeluarkan saat di
pendidikan akan terbayar ketika anda menjadi bidan.
Bidan bukan seperti itu saudaraku . . . . .
Ketika seorang ibu meratapi putrinya yang kontraksi di
gubuk tuanya, sang ibu kebingungan harus dengan apa membayar biaya persalinan.
Sang bidan menepuk bahu sang ibu seraya berbisik “
saya akan membantu proses kelahiran putri ibu, ibu bantu dengan do’a saja “.
Jika anda berpikir ada di kebidanan karena sebuah
“POPULARITAS” diantara deretan pilihan fakultas lain yang ada,
Anda salah besar ada di kebidanan.
Seharusnya anda menjadi ARTIS, mengikuti berbagai
casting sehingga anda akan muncul di berbagai media cetak dan elektronik
Bidan bukan seperti itu saudaraku . . . .. .
Ketika angka kematian bayi tinggi akibat Tetanus Neonaturum,
bidan berjuang menggalakkan program imunisasi dengan tantangan masyarakat awam
yang menganggap pasca imunisasi membuat bayi rewel dan demam.
Jika anda menganggap menjadi bidan sebagai ajang
menaikkan “NILAI JUAL” untuk menjadi lirikan calon mertua atau harapan bagi pemuda
dokter, polisi, atau sederet profesi tinggi lainnya,
Anda salah besar saudaraku . . . . .
Tidak ada artinya nilai jual itu ketika kita
menghadapi seorang wanita yang mengalami Atonia Uteri, kita bersimbah dengan
darah, meneteskan bulir-bulir keringat serasa seluruh raga ikut berdo’a hanya
untuk memperjuangkan wanita itu masih memiliki nyawa
Ketika sang bayi yang lahir dari wanita yang bukan
apa-apa kita menatap dunia dengan wajah birunya seakan mulutnya pun enggan
menyapa atau sekedar menangis layaknya bayi lainnya,
Kita akan berusaha mencoba sebisa kita membantu sang
bayi mendapatkan dunia barunya.
Dan . . . . .
Jika anda menginginkan profesi bidan agar para
tetangga memanggil anda dengan sebutan “ Bu Bidan “ dengan terbungkuk-bungkuk
melewati anda yang necis berpakaian putih-putih turun dari Avanza, Inova, atau
sederet mobil bermerk lainnya, anda salah besar saudaraku . . . .
Bidan bukan seperti itu . . . .
Di malam saat terlelap di peraduan setelah seharian
berkutat dengan PWS, Kohort dan seribu laporan lainnya. Tiba-tiba ada yang
mengetuk pintu rumah kita. Seorang ibu yang merintih memegangi perutnya
ditemani sang suami yang setia bergumam lirih “ bu bidan tolong saya,
rasa-rasanya saya ingin melahirkan”.
Tangannya yang mungil menunjukkan buku KIA dan sebuah
kartu JAMPERSAL.
Ketika sales susu formula datang dengan sekeranjang
produk terbarunya serta sejuta janji mobil Xenia, ibadah umroh dan tawaran
manis lainnya.
Seorang bidan akan berkata, “ maafkan saya mbak, saya
tidak bisa mendustai hati seorang wanita yang secara kodratnya harus menyusui
dan selalu memberikan yang terbaik terhadap bayi mereka”.
Atau ketika
anda sibuk mengejar gelar “M.Kes” dan sibuk dengan keluarga anda sendiri,
seorang perempuan yang sudah akan melahirkan datang kepada anda. Dan anda tahu
proses persalinan perempuan tersebut sedikit sulit dan membutuhkan pemikiran serta
tenaga yang lebih dari biasanya. Tidak mau berpikir lebih keras, anda langsung
membuatkan surat rujukan ke dokter kandungan partner kerja anda dan membuat
perempuan itu kehilangan moment perjuangan dalam hidupnya dengan sebuah kata
“sectio cesarea”. Kemudian anda akan mendapat “CIPRATAN RUPIAH” dari dokter
kandungan partner anda tersebut karena telah merujuk seorang pasien untuknya.
Itu bukan hati seorang bidan saudaraku...
Ketika seorang wanita separuh baya membawa lima orang
anaknya yang kecil-kecil menangis di hadapan kita meminta kita menggugurkan
kandungannya karena dirinya lupa untuk minum pil KB berapa hari lamanya.
Bidan akan berkata “Maafkan saya ibu, saya bukan
malaikat pencabut nyawa atas janin yang telah Tuhan titipkan dalam rahim ibu
yang ibu sendiri tidak tahu kebaktian dan kebahagiaan apa yang bisa diberikan
oleh calon manusia ini nantinya”.
Bidan itu mulia saudaraku . . . . .
Biarlah mereka berpikir apa tentang profesi kita
karena mereka awam untuk mengerti hakekat profesi kita.
Dikala kewenangan semakin dibatasi, kesalahan selalu
dicari, kita seharusnya tak berkecil hati.
Suatu PERMATA mulia tetap terlihat cahayanya
saudaraku . . .
Walaupun ia terpendam jauh di kubangan lumpur
Kita tidak perlu CENDERAMATA . . . .
Kita tidak perlu sanjungan asa . . . .
Yang kita lakukan hanya keikhlasan
Di saat nafas telah diberhentikan olehNya dan suatu
profesi itu pun telah tiada
Semoga Tuhan mengutus malaikatNya
Menulis nama BIDAN di dalam surgaNya
Yang jauh lebih sempurna dibandingkan penghargaan yang
pernah ada
ssiiipp... :)
BalasHapussemoga tulisanmu Ini bisa menggugah hati bidan2 lain utk tidak hanya memikirkan hal2 duniawi saja, namun lebih dari itu..
jangan hanya berpikir untuk menerima saja :) namun yg lebih penting bagaimana kita bisa memberi (berkontribusi)..
semangat ya ipuulll :)
selalu dan selalu mengena kata2 ini :
BalasHapus"memberi yg sebanyak-banyaknya bukan menerima yg sebanyak-banyaknya"
Kerenn va.... ak jdi terharu :)
BalasHapusJadi lebih mantap memilih profesi mulia ini hehe
Subhanallah bgt va :)) jadi mau nangis nih
BalasHapusSubhanallah iva, Tulisanmu bener'' indah :)
BalasHapusSemoga semua bidan bisa membaca ini semua dan menjadi bidan yang sesungguhnya, Amin Ya Robb :)