Rabu, 30 Oktober 2013

You Are A Midwife

3 tahun perjalanan membuat kita belajar, memahami, dan berfilosofi dengan sebuah profesi baru kita.

Kita mungkin sedikit berbeda dengan teman dari jurusan lain yang bisa dengan mudah mengikuti trend mode rambut atau pun pakaian. Kita menjadi mahasiswa yang masih mempunyai aturan dan tata tertib ketika pergi ke kampus. Bahkan ada sebagian besar dari kita yang diharuskan memakai seragam setiap ke kampus. Dari ujung rambut sampai ujung kaki kita punya aturan tersendiri. Namun kita harus tahu alasan mengapa kita tidak diperkenankan memanjangkan kuku? mengapa kita tidak boleh membiarkan rambut panjang tergerai dan harus memakai hairnet kemudian digelung atau ditekuk? mengapa kita tidak boleh memakai cincin, jam tangan, atau perhiasan lain yang melekat di tangan sewaktu memegang pasien?
Karena...
Kalau tidak dipotong, ujung kuku bisa merobek sarung tangan steril pelindung kita, tempat kuman bersarang, dan melukai bayi mungil yang kita rawat. Begitu juga ketika mengenakan cincin dan perhiasan tangan yang lain. Itu semua untuk  keselamatan kita sendiri dan pasien yang kita rawat.
Kita sebagai bidan mungkin tidak bisa terus mengikuti semua trend fashion, tetapi yang terpenting kita harus terus mengikuti perkembangan ilmu terkini di bidang kebidanan.

Perjuangan dari mengebut SKS yang terasa mustahil dilalui, perjuangan mencari target partus di tengah kegelapan, perjuangan menulis laporan diantara kesibukan pengabdian dan perjuangan untuk konsul dengan seribu penantian hingga lupa jadwal makan.
Tapi . . . .

Itu merupakan langkah awal teman-temanku.
Dari apa sebenarnya makna kata “Bidan”.

Jika anda bermimpi memilih profesi bidan sebagai sarana cepat untuk “BALIK MODAL” anda salah besar ada di kebidanan.
Seharusnya anda kuliah di PERBANKAN sehingga fasih akan urusan alur keuangan.
Merinci setiap materi yang dikeluarkan saat di pendidikan akan terbayar ketika anda menjadi bidan.
Bidan bukan seperti itu saudaraku . . . . .

Ketika seorang ibu meratapi putrinya yang kontraksi di gubuk tuanya, sang ibu kebingungan harus dengan apa membayar biaya persalinan.
Sang bidan menepuk bahu sang ibu seraya berbisik “ saya akan membantu proses kelahiran putri ibu, ibu bantu dengan do’a saja “.

Jika anda berpikir ada di kebidanan karena sebuah “POPULARITAS” diantara deretan pilihan fakultas lain yang ada,
Anda salah besar ada di kebidanan.
Seharusnya anda menjadi ARTIS, mengikuti berbagai casting sehingga anda akan muncul di berbagai media cetak dan elektronik
Bidan bukan seperti itu saudaraku . . . .. .
Ketika angka kematian bayi tinggi akibat Tetanus Neonaturum, bidan berjuang menggalakkan program imunisasi dengan tantangan masyarakat awam yang menganggap pasca imunisasi membuat bayi rewel dan demam.

Jika anda menganggap menjadi bidan sebagai ajang menaikkan “NILAI JUAL” untuk menjadi lirikan calon mertua atau harapan bagi pemuda dokter, polisi, atau sederet profesi tinggi lainnya,
Anda salah besar saudaraku . . . . .
Tidak ada artinya nilai jual itu ketika kita menghadapi seorang wanita yang mengalami Atonia Uteri, kita bersimbah dengan darah, meneteskan bulir-bulir keringat serasa seluruh raga ikut berdo’a hanya untuk memperjuangkan wanita itu masih memiliki nyawa
Ketika sang bayi yang lahir dari wanita yang bukan apa-apa kita menatap dunia dengan wajah birunya seakan mulutnya pun enggan menyapa atau sekedar menangis layaknya bayi lainnya,
Kita akan berusaha mencoba sebisa kita membantu sang bayi mendapatkan dunia barunya.

Dan . . . . .
Jika anda menginginkan profesi bidan agar para tetangga memanggil anda dengan sebutan “ Bu Bidan “ dengan terbungkuk-bungkuk melewati anda yang necis berpakaian putih-putih turun dari Avanza, Inova, atau sederet mobil bermerk lainnya, anda salah besar saudaraku . . . .
Bidan bukan seperti itu . . . . 

Di malam saat terlelap di peraduan setelah seharian berkutat dengan PWS, Kohort dan seribu laporan lainnya. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah kita. Seorang ibu yang merintih memegangi perutnya ditemani sang suami yang setia bergumam lirih “ bu bidan tolong saya, rasa-rasanya saya ingin melahirkan”.
Tangannya yang mungil menunjukkan buku KIA dan sebuah kartu JAMPERSAL.

Ketika sales susu formula datang dengan sekeranjang produk terbarunya serta sejuta janji mobil Xenia, ibadah umroh dan tawaran manis lainnya.
Seorang bidan akan berkata, “ maafkan saya mbak, saya tidak bisa mendustai hati seorang wanita yang secara kodratnya harus menyusui dan selalu memberikan yang terbaik terhadap bayi mereka”.

 Atau ketika anda sibuk mengejar gelar “M.Kes” dan sibuk dengan keluarga anda sendiri, seorang perempuan yang sudah akan melahirkan datang kepada anda. Dan anda tahu proses persalinan perempuan tersebut sedikit sulit dan membutuhkan pemikiran serta tenaga yang lebih dari biasanya. Tidak mau berpikir lebih keras, anda langsung membuatkan surat rujukan ke dokter kandungan partner kerja anda dan membuat perempuan itu kehilangan moment perjuangan dalam hidupnya dengan sebuah kata “sectio cesarea”. Kemudian anda akan mendapat “CIPRATAN RUPIAH” dari dokter kandungan partner anda tersebut karena telah merujuk seorang pasien untuknya.
Itu bukan hati seorang bidan saudaraku...

Ketika seorang wanita separuh baya membawa lima orang anaknya yang kecil-kecil menangis di hadapan kita meminta kita menggugurkan kandungannya karena dirinya lupa untuk minum pil KB berapa hari lamanya.
Bidan akan berkata “Maafkan saya ibu, saya bukan malaikat pencabut nyawa atas janin yang telah Tuhan titipkan dalam rahim ibu yang ibu sendiri tidak tahu kebaktian dan kebahagiaan apa yang bisa diberikan oleh calon manusia ini nantinya”.


Bidan itu mulia saudaraku . . . . .
Biarlah mereka berpikir apa tentang profesi  kita karena mereka awam untuk mengerti hakekat profesi kita.
Dikala kewenangan semakin dibatasi, kesalahan selalu dicari, kita seharusnya tak berkecil hati.
Suatu PERMATA mulia tetap terlihat cahayanya saudaraku  . . .
Walaupun ia terpendam jauh di kubangan lumpur
Kita tidak perlu CENDERAMATA . . . .
Kita tidak perlu sanjungan asa . . . .
Yang kita lakukan hanya keikhlasan
Di saat nafas telah diberhentikan olehNya dan suatu profesi itu pun telah tiada
Semoga Tuhan mengutus malaikatNya
Menulis nama BIDAN di dalam surgaNya
Yang jauh lebih sempurna dibandingkan penghargaan yang pernah ada

5 komentar:

  1. ssiiipp... :)
    semoga tulisanmu Ini bisa menggugah hati bidan2 lain utk tidak hanya memikirkan hal2 duniawi saja, namun lebih dari itu..
    jangan hanya berpikir untuk menerima saja :) namun yg lebih penting bagaimana kita bisa memberi (berkontribusi)..
    semangat ya ipuulll :)

    BalasHapus
  2. selalu dan selalu mengena kata2 ini :
    "memberi yg sebanyak-banyaknya bukan menerima yg sebanyak-banyaknya"

    BalasHapus
  3. Kerenn va.... ak jdi terharu :)
    Jadi lebih mantap memilih profesi mulia ini hehe

    BalasHapus
  4. Subhanallah bgt va :)) jadi mau nangis nih

    BalasHapus
  5. Subhanallah iva, Tulisanmu bener'' indah :)
    Semoga semua bidan bisa membaca ini semua dan menjadi bidan yang sesungguhnya, Amin Ya Robb :)

    BalasHapus