Kamis, 05 September 2013

Kepada Bunga – Bunga Masa Depan

Aku terlahir sama dengan kalian. Terlahir dalam keadaan suci dari rahim seorang yang suci pula. Garis hidup yang membedakanku dengan kalian. Setidaknya kalian lebih beruntung daripada aku. Di usia yang belia, apa yang kalian lakukan sekarang? Pasti kalian sedang sibuk dengan segudang asa yang sedang kalian usahakan untuk tercapai. Sedangkan aku masih tidak tahu sampai kapan harus berada dalam fase seperti ini. Stagnan. Tanpa perubahan barang satu mili pun. Setiap hari yang aku kerjakan hanya “melayani” mereka dengan sebaik – baiknya. Aku bahkan tidak tahu sudah berapa banyak laki – laki yang menghabiskan malam denganku, sudah berapa ratus ribu sperma yang mengotori rahimku. Kalian pikir aku bahagia hidup seperti ini? Sama sekali tidak. Aku tidak pernah meminta, bercita – cita, atau berpikir aku akan seperti ini. Semua berawal dari kebodohanku sendiri. Kebodohan terbesar dalam hidupku. Rasanya lebih bodoh dari orang yang paling bodoh sekali pun. Rasanya lebih bodoh daripada ketika mendapat nilai dua untuk pelajaran matematika. Salahku sendiri yang tidak mengindahkan firman-Nya. “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” . Tuhan
memang tidak pernah salah dalam berfirman. Sekarang aku tahu kenapa mendekati saja dilarang, apalagi melakukan. Salahku sendiri yang terlalu mencintai orang itu dan mempercayai kata – kata dari mulutnya. Dan hasilnya sekarang aku terpaksa berada di tempat yang tidak seharusnya aku tempati. Beruntunglah kalian yang belum sempat mengecap cinta dalam kubangan dosa sepertiku dulu. Beruntunglah kalian yang masih menyimpan rasa indah itu dan belum sempat mengatakannya. Rasa yang akan semakin bernilai tinggi di hadapan-Nya ketika kalian memutuskan mencintainya dalam diam. Rasa yang akan membawa kalian bertemu dengan orang yang kalian cintai dalam keadaan yang diridhai dan jalan yang indah. Jujur aku sangat iri pada kalian. Iri pada kalian yang masih bersih dan suci. Iri pada kalian yang malu – malu pada malam pertama. Karena selama ini belum pernah berada dalam jarak sedekat itu dengan laki – laki mana pun. Malu – malu karena baru kali itu bisa memegang dan merengkuh orang yang selama ini kalian cintai dalam diam. Semua terasa indah karena itu yang pertama. Beruntunglah jika Dia sudah mempercayakan amanah dengan suatu janin yang hidup dalam rahim kalian. Yang kelak akan mendoakan dan meringankan beban kalian di dalam kubur. Dibandingkan aku yang berharap ada laki – laki baik yang sudi menikahiku saja aku tidak berani. Kalau hidup adalah pilihan, aku akan lebih memilih mati. Walau aku tahu, aku tidak pantas menemuinya dalam keadaan seperti ini. Tuhan pasti sudah menyiapkan malaikat bermuka masam untuk menyeretku ke neraka.

Surakarta, 5 September 2013_09.00 p.m

4 komentar: