Jumat, 24 Februari 2012

Sekeping Mosaik : Perjalanan Sampai Titik Ini

-->Di tengah derasnya hujan yang mengguyur entah kenapa tiba-tiba saya sangat ingin menulis. Ditemani hujan yang lebat angan saya beterbangan ke mana-mana.

Rentetan peristiwa dalam hidup saya seperti diputar kembali di hadapan saya.


Tak terasa waktu cepat sekali berjalan. Sekarang saya duduk di bangku kelas 11 semester 2 di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di Kota Kediri. Lembaga pendidikan setingkat SMA hanya saja bernaung di bawah payung Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama). Jadi secara kurikulum apa saja yang didapat di SMA saya juga mendapatkan tanpa dikurangi satu huruf pun. Hanya saja mendapat beberapa materi wajib yang tidak didapat anak SMA, seperti mata pelajaran Fiqih,Al Quran Hadits,dan Akidah Akhlak. Mungkin jika di SMA itu semua masuk di dalam mata pelajaran Agama Islam,tidak mengalami percabangan seperti di sini.

Sedikit kisah tentang perjalanan sampai di titik ini…


Saya lulusan salah satu SMP Negeri di Desa Wates, Kabupaten Kediri. Sebagian besar orang pasti bertanya kenapa tidak melanjutkan ke SMA atau SMK saja yang notabene lebih nyambung dengan pendidikan saya saat itu. Banyak yang mendukung, tak jarang pula yang meragukan dan menyayangkan pilihan saya waktu itu. Bahkan salah satu guru saya di SMP pernah berkata kepada saya,”Kenapa nggak melanjutkan di ***** (menyebut nama salah satu SMA favorit berlabel RSBI) saja?eman-eman lo Va, memangnya apa yang kamu cari di sana nanti?kalau memang ingin cepat kerja ya mending melanjutkan ke SMK saja”, dengan nada yang kurang bersimpati (menurut saya J). Mungkin beliau belum mengerti jika MAN itu sebenarnya sama saja dengan SMA N. Jadi saya tak terlalu memikirkan perkataan beliau. Bukankah itu menunjukkan perhatian beliau kepada saya? *PD..hhehe*. Saya mengerti, memang tidak semua orang tahu alasan saya memilih tempat saya saat ini. Saya juga sadar tidak semuanya tahu apa yang saya pilih waktu itu adalah sama dengan sekolah umum. Bukan sekolah kejuruan yang tentu orientasi ke depannya beda. So, pantas saja jika banyak yang (mungkin) memandang sebelah mata keputusan saya.

Kembali tentang perjalanan sampai di MAN 3 Kediri…
 Saya sangat sadar akan keputusan yang saya ambil waktu itu, tidak goyah pendirian saya karena saya yakin DIA memang menggariskan saya menempuh tiga tahun yang akan datang di Madrasah saya sekarang ini. Atau mungkin ini akibat perkataan masa kecil saya yang mudah sekali bercita-cita tanpa berpikir panjang. Yah, namanya juga anak kecil :-D.
Sempat mencoba ikut tes di salah satu SMA di Kota Kediri juga. Tapi tidak masuk karena sejak awal memang kurang berminat di situ. Jadi saya menjalani tahapan-tahapan tes juga setengah hati *hhehe*. Lagipula saya sudah mantap memilih sekolah saya saat ini. Malah rencana saya jika nanti diterima lebih baik mundur saja, toh ini bagi saya hanya sekedar ikhtiar dan permintaan agar mencoba ikut. *PD sekali -_-*. Jadi waktu pengumuman dan tidak diterima rasanya biasa saja,kecewa pasti ada karena harapan itu walau sedikit nyatanya tetap ada. Tapi kekecewaan itu sama sekali tidak terasa. Jika yang lain menangis mengetahui tidak diterima, saya malah sibuk menghibur dan menenangkan teman yang tidak masuk tadi. *hahaha*.
Kegagalan itu malah semakin menambah semangat saya untuk mengikuti ujian masuk di MAN 3 Kediri seperti rencana saya. Calon siswa barunya lumayan banyak. Ralat, bukan lumayan lagi tapi sudah masuk kategori BANYAK. Pesertanya  kurang lebih 1000 calon siswa baru. *hhehe*. Jadi minder sendiri,kemarin aja nggak sampai segitu *hhehe*. Mungkin banyak siswa yang menjadikan MAN 3 Kediri pilihan kedua setelah beberapa sekolah berlabel RSBI melaksanakan tes. Karena saya bertemu wajah-wajah yang pernah saya lihat sebelumnya. Tapi Bismillah, pokok saya harus berusaha. Alhamdulillah saya diterima. Waktu itu lihat pengumuman lewat internet, nggak tahu kenapa langsung nangis waktu lihat pengumuman, rasanya terharu sekali *lebay,,,*, apalagi ranking saya lumayan dari sekitar 1000-an peserta saya peringkat 31 kalau tidak salah dan nilai tertinggi dari SMP saya yang daftar di sini saya yang memegang *sombong… hhehe -_-*. Langsung saya telepon bapak untuk kabar gembira ini. Dari 1000-an peserta tadi diambil 300-an, ternyata setelah itu ada seleksi lagi untuk pengelompokan kelas. Ketika itu ada kelas akselerasi,RMBI, unggulan, dan reguler. Saya memilih dua opsi yaitu RMBI dan unggulan IPA. sempat bingung juga dalam memilih, tapi akhirnya saya niatkan untuk mencobanya, jadi tidak benar-benar ingin diterima. Bagi saya diterima di sini saja sudah bersyukur sekali. Tidak peduli mau masuk di kelas apa nanti. Waktu tes tulis kelas RMBI(RSBI) saya tidak terlalu niat, belajar saja tidak. *hhehe*. Karena saya hanya ingin mencoba saja. Ternyata saya mendapat telepon dari pihak madrasah untuk tes wawancara. Saat itu sudah ada sekitar 60-an calon penghuni RMBI. Waktu tes wawancara saya hanya menjawab sebisa saya, apalagi yang bagian Bahasa Arab, mana saya mengerti … *hhehe*. sedikit-sedikit sih mengerti, tapi ya cuma sebatas dasar saja hasil dari mengaji sore di musholla. Hari pengumuman tiba, saya tidak datang untuk melihat pengumuman secara langsung karena jika diterima nanti akan dihubungi via telepon seperti panggilan tes wawancara dulu. Kebetulan ada teman yang dulu satu SD yang datang dan kebetulan dia mau melihat pengumuman juga, akhirnya saya titipkan dia saja. Tapi karena penasaran akhirnya saya berangkat ke warnet untuk melihat pengumuman via internet. Eh, ternyata tidak ada, sampai beberapa teman baru saya mengirimi sms dan memberitahu jika mereka diterima. Sedih sih, saya tidak diterima. Tapi sesampai di rumah ternyata ada kejutan menunggu. Nangis saking terharunya… (lagi). Ternyata adik saya berbohong waktu saya bertanya ada telepon pemberitahuan saya diterima tidak. Baru percaya ketika ibu saya yang bilang. Masalah telepon tidak begitu jelas, kebetulan yang menerima adik saya dan di rumah tidak ada siapa-siapa. Di tengah rasa bahagia namun diselimuti kegalauan,tiba-tiba HP saya berbunyi. Ternyata teman SD saya –Alfy namanya- yang kebetulan mendaftar di sini dan kebetulan lagi mendaftar di RMBI juga. Telepon dari teman lama itu yang meyakinkan saya kalau saya benar-benar diterima karena dia melihat pengumumannya sendiri. Itu lah awal saya bergabung dalam kelas yang terdiri dari 23 anak ini (sekarang 22).

Masalahnya (tidak tahu ini sebenarnya masalah apa bukan), belakangan saya kurang nyaman di sini. Kadang saya berpikir saya telah salah memilih. Ya Allah, bukan berarti hamba tidak mensyukuri semua nikmat yang Kau beri selama ini. Begitu banyak kekurangan, kerusakan, ketidaktertiban, kekolotan, dan ketidaksempurnaan di mata saya. Rasanya tidak etis jika saya menuliskan semuanya di sini. Yang pasti saya merasa tidak nyaman dan merasa telah salah memilih. Kadang diri ini menangis sendiri, kenapa bisa seperti ini. Padahal awal-awal dulu saya sangat menikmati semua ini. Saya menikmati setiap detik di sini. Minggu-minggu awal yang masih masa orientasi, bahkan waktu PERMAGA (Perkemahan Penerimaan Ambalan) saya sempat masuk 5 besar pemilihan PINSA (Pimpinan Sangga Terbaik).

Tak jarang saya berangan-angan kenapa waktu dulu tes di SMA itu tidak saya kerjakan sungguh-sungguh. Andai saja saya sungguh-sungguh saya yakin saya bisa. Mungkin sekarang saya sudah menjadi salah satu siswi di sana. Tapi sudahlah, bukankah kurang baik menyesali kejadian yang telah berlalu? Lebih baik saya berusaha menyelesaikan ini semua dengan sebaik-baiknya demi dua orang yang saya cintai, bapak dan ibu. No one perfect. Mungkin selama ini saya hanya melihat negatifnya saja, belum tentu jika berada di sana saya merasa semuanya sempurna. Suatu saat saya pasti akan menemukan negatif-negatif yang lain. Yah, memang begitulah watak manusia, tiada pernah puas dengan apa yang didapat.

 Semakin lama kita mengenal sesuatu semakin banyak kekurangan yang ditemukan jika kita tidak bisa melihat kekurangan itu seperti sebuah kelebihan.

Saya rasa masih banyak hal yang perlu disyukuri selama saya berada di sini. Dari perjalanan saya sampai di titik ini, butuh perjuangan. Rasanya tidak adil jika saya harus menyesali keputusan yang dulu sempat saya pertahankan. Saya akan terus bangkit dan berusaha dengan segenap kemampuan saya. Apa pun hasilnya harus diyakini itu yang terbaik untuk saya menurutNya, bukan menurut saya. Karena Dia lebih tahu yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan.

                                                                                                       -Menjelang Isya’ di
 lantai 2 Masjid At Taqwa MAN 3 Kediri-
                                                                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar