Dia membuka
almari dan meraih sesuatu dari rak paling bawah. Sebuah plastik pembungkus.
Perlahan dimasukkannya kembali boneka pink bertuliskan “I Love You” ke dalam
plastik pembungkus saat pertama dia menerima pemberian itu dulu. Dia masih belum
percaya dengan kesimpulan yang belum tentu benar tentang ketidakjujuran yang
dilakukan terhadapnya. Ternyata saling memahami memang bukan hal yang mudah.
Butiran bening mengalir kembali melewati pipinya. Logikanya terus mengingatkan
bahwa ini jalan terbaik. Mengingatkan atas kepercayaannya tentang arti cinta.
Ah, tahu apa dia soal cinta? Dia yang selama ini sibuk dengan pekerjaannya,
seolah punya dunia sendiri dibalik kubikel berisi meja kerja dan tumpukan file berisi naskah asing yang harus dia
terjemahkan. What does love mean, Al? It
means, you’re happy to see someone you love happy. Hatinya bersuara
menguatkan. Biarkan kamu belajar bahwa
cinta adalah ikhlas melepas demi kebahagiaan orang yang dicintai. Bukan
mempertahankan atau menggenggam setengah mati.
Dia menarik
napas panjang, mengisi paru – paru dengan oksigen sebanyak mungkin. Dulu dia
sempat tidak menyangka ketika orang itu berlari dalam keadaan hujan dan izin
meninggalkan kuliah untuk mengejar bus terakhir di Terminal Purabaya. Hanya
untuk menemani pulang dan melihatnya sampai rumah dengan selamat. Dan di akhir
perjalanan bukan dia saja yang sakit, orang itu juga ikut sakit dan muntah -
muntah. Mungkin masuk angin akibat cuaca Surabaya yang sedang tidak bersahabat.
Dasar bodoh. Aku bisa pulang sendiri
walau dalam keadaan sakit. Tidak perlu diantar sampai kamu harus meninggalkan
kuliah segala. Nah, sekarang kamu jadi ikut sakit juga. Begitu pikirnya malam
itu. Antara iba dan terharu atas apa yang dilakukan orang itu. Itu adalah satu
ingatan yang bertempat sangat rapi dalam lokus memori. Kejadian konyol yang
sudah berlangsung beberapa tahun silam saat mereka masih menyandang status
mahasiswa.
Dia kembali
mengusap boneka pink itu sebelum meletakkannya di dasar almari, seolah tidak
mau berpisah. Boneka yang telah menemani tidurnya bertahun – tahun. Menjadi
saksi bisu perjalanannya sejak mahasiswa sampai bekerja dan dewasa seperti ini.
Menjadi saksi bisu atas perjalanan mereka. Menjadi saksi atas cinta mereka yang
sederhana. Tanpa bualan romantis atau pun pernyataan cinta layaknya remaja
kasmaran. Tanpa adanya status. Hanya masing – masing dari mereka tahu dan sadar
bahwa mereka saling menyayangi. Walau sekarang mereka harus menyadari bahwa
rencana Tuhan tidak sesederhana cita – cita mereka. RencanaNya lebih rumit
daripada rumus fisika.
Inspired by : Coupl(ov)e and Afgan’s song, “Jodoh Pasti
Bertemu”
pasti bertemu beneran nantinya
BalasHapus