Darah adalah
salah satu komponen yang penting bagi tubuh. Darah yang kehadirannya jarang
kita lirik suatu ketika bisa menjadi penyelamat nyawa orang lain. Bahkan
statistik menunjukkan bahwa 25 persen atau lebih dari kita akan membutuhkan
darah paling tidak sekali seumur hidup. Namun, masalah darah di Indonesia tidak
sesederhana kelihatannya, orang yang butuh tinggal lari ke PMI dan mendapat
darah yang diperlukan. Stok darah yang tersedia selalu terbatas bahkan bisa
dikatakan minim. Dalam delapan detik selalu ada orang yang membutuhkan bantuan
darah. Selama satu tahun, kebutuhan darah di Indonesia mencapai 4,8 juta
kantong darah. Dari jumlah itu, PMI hanya mampu memenuhi 3 juta kantong per
tahun. Kebutuhan darah meningkat pesat bila ada bencana nasional yang berskala
besar. Transfusi darah dibutuhkan terutama untuk korban kecelakaan, pasien
kanker, pasien bedah, pasien transplantasi organ dan pasien luka bakar. Tidak
usah berbicara sulitnya mencari golongan darah tertentu, untuk mencari golongan
darah yang umumnya dimiliki masyarakat saja masih sulit.
Seharusnya Indonesia
tidak akan kekurangan stok darah di PMI, mengingat negeri ini dihuni oleh 220
juta jiwa yang similar dengan kira-kira 1,1 milyar liter stok darah
(dengan menganggap setiap orang kompatibel sebagai pendonor). Seandainya setiap
diri kita rutin mendonorkan darah 1 kali saja per tahunnya, niscaya pekerjaan
PMI akan lebih ringan karena jumlah tersebut lebih dari cukup terhadap
kebutuhan. Namun, realita yang terdapat pada masyarakat Indonesia masih membuat
petugas PMI repot dan harus tetap berkoar menyuarakan kampanye agar lebih
banyak lagi yang terketuk hatinya untuk menyumbangkan darah mereka.
Ironi yang
terjadi di negeri kita adalah walaupun jumlah warganya termasuk padat, di
beberapa daerah masih menunjukkan sikap apatis terhadap gerakan transfusi
darah. Padahal jika kita tahu manfaat donor darah bagi kesehatan sangat banyak.
Saya sendiri berkesempatan bertanya kepada petugas yang mengambil darah saya
waktu donor bulan lalu. Tidak ada kerugian jika kita mau donor, malah semakin
sehat. Darah yang beredar dalam tubuh kita itu ibarat oli dalam sebuah mesin.
Jadi perlu diganti juga, sewaktu donor itu lah tubuh kita akan memproduksi lagi
dan darah kita akan berganti dengan sel-sel darah yang masih baru. Keuntungan
lain adalah kita berkesempatan periksa kesehatan gratis. Sebelum pengambilan
darah pasti kita akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Dari situ akan
ketahuan kondisi tubuh kita. Kalau toh tidak diketahui saat itu, kita pasti
akan diberitahu jika ternyata darah yang sudah diambil dan dibawa mengandung
penyakit yang. Dan tentu saja kebahagiaan akan kita dapatkan setelah membantu
orang yang bahkan sama sekali belum pernah kita temui itu. Karena bagi saya
membuat orang lain bahagia itu sulit.
Namun, ada yang harus
diperhatikan sebelum kita mendonorkan darah, yaitu :
o Berusia
17-60 tahun
o Berat
badan minimum 45kg
o Tekanan
darah baik, yaitu: Sistole = 110 – 160 mmHg, Diastole = 70-100
mmHg
o Denyut
nadi teratur 50 – 100 kali/menit
o Hemoglobin: Wanita
Minimal = 12 gr%, Laki-laki Minimal = 12,5 gr%
o Jumlah
pendonoran maksimal 5 kali/tahun, dengan jarak sekurang-kurangnya 3 bulan.
Biasanya
sebelum donor kita sudah diberi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
syarat pendonor.
Bagi
penderita darah rendah sebenarnya tidak apa-apa jika mendonorkan darah. Namun
sebelumnya pastikan makan terlebih dahulu agar tekanan darah tidak terlalu
rendah. Jika tekanan darah turun bisa berakibat lemas dan pusing. Sewaktu donor
kemarin saya sempat mengalaminya sehingga harus dibantu dengan tabung oksigen
segala *hhehe. Setelah saya tanya-tanya kepada petugasnya mengapa saya mendadak
lemas dan pusing, ternyata tekanan darah saya tiba-tiba turun. Mungkin
sarapannya kurang kali ya *hhehe. Resep dari teman saya, Nabila, yang juga
menderita darah rendah, sebaiknya sebelum donor minum sari kedelai agar tekanan
darah tidak turun mendadak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar