Menggenang di
pelupuk mata dan membuat pandangan kabur. Sesuatu itu mendesak keluar dan
meleleh turun. Just because of a song. Yah, konyol memang. Tapi sebuah kata
terindah di dunia itu memang selalu membuat saya sesak. Mengingat apa yang
telah dia berikan kepada saya dan apa yang telah saya balas untuk semua itu. Suara
lembut Celine Dion dalam “Goodbye’s (The Saddest Word)” selalu menyisakan
perasaan bersalah yang tidak akan pernah habis.
Untaian doa yang tak
bosan diulang-ulang kepada Tuhan dalam tiap sujudnya. Secawan petuah sederhana yang
mengandung cinta selalu terucap dari bibirnya tiap Senin pagi. Senyum penuh
kerinduan tiap kedatangan saya di Sabtu sore. Air mata kekecewaan jika saya
menyakiti hati lembutnya. Hari ini saya kembali melukainya. Hebatnya, esok hari
dia masih mengantar keberangkatan saya. Tidak perlu saya ulang apa saja yang
telah dia lakukan selama hidup saya. Semua juga sudah tahu apa yang dilakukan
sosok sepertinya untuk kita. Tidak perlu saya ulang. Biar menjadi bagian
tersendiri dalam sistem kerja cerebrum
yang tidak akan dihapus sampai saya kembali kepadaNya.
Sekeras apa pun saya
berusaha tetap tidak terbayar semua hutang itu. Bagi saya itu adalah hutang
yang akan terus berbunga. Saya mungkin hanya bisa membayar sedikit bunganya. Tidak,
saya tidak akan bisa membayar itu semuanya. Bunganya sekalipun. Saya hanya bisa
memberi janji akan melunasinya suatu saat tanpa kepastian kapan saat itu tiba.
All I ever needed
Was a guarantee of
you loving me
‘cause I know
There is no other
love like a mother’s love for her child…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar