Walau sudah
terhitung lebih dari seminggu yang lalu, bagi saya tidak ada yang basi tentang
kami. Selasa (14/5) lalu kami berangkat ke Gunung Bromo. Sebuah tempat yang
cukup indah dan cukup menawan hati kami. Selasa malam kami berangkat. Setelah
menunggu salah satu anggota kami yang tidak kunjung datang. Kesan pertama
sampai kesan terakhir sama saja -_- , (untuk temanku, Laila, yang sangat saya
cintai, semoga sedikit demi sedikit kebiasaannya bisa berkurang ya :D). Perjalanan malam itu
cukup menyenangkan. Nabila, seperti biasa menyumbangkan suaranya untuk kami
dengar. Saya sendiri seperti biasa jika sudah di dalam bus selang beberapa
menit pasti mengantuk, apalagi siangnya saya tidak tidur. Meski tidak nyaman
tidur di dalam bus dan berkali – kali terjaga, saya menikmati perjalanan kali
ini. Sekitar pukul tiga pagi kami sampai.
Membersihkan diri sebentar dan naik mobil khusus yang disediakan untuk mencapai puncak sana. Satu mobil berisi enam orang. Jalan menuju puncak sangat berkelok dan panjang. Kira – kira pukul empat lebih kami sampai di sebuah bukit. Katanya di sini lah kami bisa menyaksikan sunrise (matahari terbit). Udara cukup dingin, tetapi tidak se-ekstrim kisah orang – orang yang pernah ke sini -_- . Kami sholat shubuh di tengah dingin dan gelapnya bukit itu. Menunggu mentari menampakkan diri dan menularkan semangatnya kepada kami. Dan ternyata kami belum berhasil melihat secara dekat sunrise itu. Tertutup awan . Sedikit kecewa, tetapi tidak apa lah. Toh, kami berhasil sampai di sini dengan rencana yang kami buat sendiri dan tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Hhehe. Untuk yang ini patut kami beri sepuluh jempol untuk Ambar yang sudah rela tiap hari berkeliling (lebih tepatnya memaksa. Hhehe) menyisihkan uang kami sehingga bisa melemparkan kami ber-dua puluh satu di sini. Sebenarnya ber-dua puluh dua, tetapi salah satu kawan sejawat kami berhalangan untuk ikut.
Membersihkan diri sebentar dan naik mobil khusus yang disediakan untuk mencapai puncak sana. Satu mobil berisi enam orang. Jalan menuju puncak sangat berkelok dan panjang. Kira – kira pukul empat lebih kami sampai di sebuah bukit. Katanya di sini lah kami bisa menyaksikan sunrise (matahari terbit). Udara cukup dingin, tetapi tidak se-ekstrim kisah orang – orang yang pernah ke sini -_- . Kami sholat shubuh di tengah dingin dan gelapnya bukit itu. Menunggu mentari menampakkan diri dan menularkan semangatnya kepada kami. Dan ternyata kami belum berhasil melihat secara dekat sunrise itu. Tertutup awan . Sedikit kecewa, tetapi tidak apa lah. Toh, kami berhasil sampai di sini dengan rencana yang kami buat sendiri dan tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Hhehe. Untuk yang ini patut kami beri sepuluh jempol untuk Ambar yang sudah rela tiap hari berkeliling (lebih tepatnya memaksa. Hhehe) menyisihkan uang kami sehingga bisa melemparkan kami ber-dua puluh satu di sini. Sebenarnya ber-dua puluh dua, tetapi salah satu kawan sejawat kami berhalangan untuk ikut.
Pemberhentian
berikutnya adalah Bukit Teletubbies *Ha? -_- . Kurang tahu juga kenapa
dinamakan demikian -_- . Yang pasti di tempat itu kami dikelilingi bukit yang
hijau (memang mirip sama bukit teletubbies sih). Jika mata kami bisa bicara
pasti dia senang sekali karena bisa dicuci di sini. :D . Pulangnya kami
melewati “pasir berbisik”. Konon menurut cerita pasir di sini bisa menghasilkan
suara seperti orang yang berbisik. Kalau setahu saya sih pasir berbisik itu
judul buku sama judul film. Hehehe.
Indah sekali pemandangan setelahnya. Bukit itu berwarna putih. Kamera
kami tentu tidak melewatkan untuk membidik tempat ini. Dan selanjutnya, kawah
Gunung Bromo. Untuk mencapai titik itu tidak mudah. Kami harus melewati jalan
yang panjang sekali. Kadang naik kadang turun. Naik lagi untuk mencapai puncak
itu. And finally…. Huft… sampai ! J
. Senang sekali dengan perjuangan kali ini. Ketika kami tengok ke belakang.
Wuih… panjang sekali jalan yang telah kami tempuh. Rasanya menyenangkan ketika
mendapati diri ini sejajar dengan bukit – bukit yang tinggi itu. Rasanya kecil
sekali diri ini dibandingkan seluruh ciptaanNya yang membentang di hadapan
kami. We are here…
Seharusnya
ada satu tempat lagi, air terjun. Tetapi karena cuaca sedang tidak bersahabat
dan cukup riskan jika kami nekat ke sana, akhirnya satu lokasi tersebut kami
simpan jika suatu saat kami berkesempatan ke sini kembali. Sekitar pukul dua
belas siang kami sampai di tempat pemberhentian bus kami. Setelah mengucapkan
terimakasih kepada mas-nya yang sudah mengantar kami berenam
(saya,Heni,Zuhrufi,Neni,Nabila,Indry) ke tempat menakjubkan ini *kalau yang ini
sih khusus Nabila. Hhehe :D . Kami sholat dhuhur di masjid terdekat dan
melanjutkan perjalanan. Kami sempat mampir di salah satu rumah makan untuk
mengisi tenaga kami yang sudah habis untuk mencapai puncak tadi. Dan perjalanan
dimulai kembali. Ke mana kami setelah ini….
Alunan
ayat suci menyambut kami ketika kami sampai di tempat itu. Alun – alun Malang. Sebentar
lagi maghrib. Di Masjid Agung Malang kami sholat maghrib dahulu. Sekitar pukul
tujuh malam kami bergerak menuju alun-alun. Di bawah bianglala yang besar itu
kami ber-dua puluh satu berkumpul. Acaranya adalah tukar kado yang sudah kami
bawa dari rumah. Tidak boleh sembarang kado, harus bisa untuk laki-laki atau
perempuan, harganya sepuluh ribu-an, dibentuk kotak, dibungkus kertas koran,
dan tidak boleh diberi identitas apa pun. Asik kan… Hehehe :D . Kebayang nggak
kami di sana berisik buat acara sendiri di bawah bianglala sambil dilihat aneh
sama orang – orang -_- . Biarin lah, kenal juga nggak. ;) . Setelah berkali –
kali kado kami tukar kembali karena ada yang dapat kadonya sendiri -_- ,
akhirnya putaran yang ruwet itu berhenti. Kami masing – masing mendapat satu.
Saya suka dengan salah satu kado yang didapat teman saya, bukan berarti saya
tidak suka dengan kado saya, punya saya bagus juga kok, pasti berguna untuk
kuliah saya nanti. Isinya kado teman saya itu album foto kecil berisi
kebersamaan kami selama ini. Beberapa halaman ada yang sengaja diisi foto kami
satu per satu beserta nama. Terharu…. T_T . Sssstt…saya tahu siapa yang buat
itu. Xixixixi >_< .
Kali
ini benar-benar perjalanan pulang yang sesungguhnya. Kota Kediri sudah menanti
kami. Walau cukup melelahkan, saya sama sekali tidak kapok dengan perjalanan
ini. Mungkin karena bersama kalian. Saya tahu kalian tidak semua merasakan apa
yang saya rasakan selama bersama kalian tiga tahun ini. Yang pasti kalian
adalah salah satu keindahan dariNya. Saya sayang sekali sama kalian. Meski
tidak semua dari kalian sayang sama saya. Hhehehe :D . Mongopo se… -_- .
Terimakasih juga untuk saudara
Makin Nugroho, Abdurrohman A.H, dan dek Rizal yang sudah ikut menemani kami dan
tidak keberatan membidikkan kamera untuk mengabadikan kami ber-dua puluh satu.
Buat dek Rizal, kami selaku kakak kelas tidak ikut bertanggung jawab atas
membolosnya adik karena ikut kami lo ya… -_- .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar