Judul : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pengarang : Hamka
Penerbit : PT. Bulan Bintang
Jakarta 2004
Tebal : 224 halaman
Cetakan ke- : 28
Cerita bermula dari Zainuddin, yang sejak kecilnya sudah dirundung kemalangan. Zainuddin adalah putra dari seorang yang bergelar Pandekar Sutan, kemenakan Datuk Mantari Labih. Menurut adat Minangkabau, Pandekar Sutan adalah ahli waris tunggal dari harta peninggalan mendiang ibunya. Akan tetapi ternyata mamaknya, Datuk Mantari Labih juga ingin menguasai harta tersebut.
Pertengakaran sering terjadi antara keduanya. Hingga puncaknya pada saat Pandekar Sutan menikam mamaknya. Sebagai hukuman dia dibuang ke Cilacap selama 15 tahun. Setelah masa hukuman usai ia tinggal di Mengkasar dan menikah dengan Daeng Habibah yang kemudian mereka berputra Zainuddin.
Pengarang : Hamka
Penerbit : PT. Bulan Bintang
Jakarta 2004
Tebal : 224 halaman
Cetakan ke- : 28
Cerita bermula dari Zainuddin, yang sejak kecilnya sudah dirundung kemalangan. Zainuddin adalah putra dari seorang yang bergelar Pandekar Sutan, kemenakan Datuk Mantari Labih. Menurut adat Minangkabau, Pandekar Sutan adalah ahli waris tunggal dari harta peninggalan mendiang ibunya. Akan tetapi ternyata mamaknya, Datuk Mantari Labih juga ingin menguasai harta tersebut.
Pertengakaran sering terjadi antara keduanya. Hingga puncaknya pada saat Pandekar Sutan menikam mamaknya. Sebagai hukuman dia dibuang ke Cilacap selama 15 tahun. Setelah masa hukuman usai ia tinggal di Mengkasar dan menikah dengan Daeng Habibah yang kemudian mereka berputra Zainuddin.
Tak
lama kemudian Zainuddin ditinggal ibunya dan kemudian ayahnya menyusul ibunya.
Sepeninggal mereka Zainuddin diasuh Mak Base, mamaknya. Lama kemudian Zainuddin
ingin ke tanah kelahiran ayahnya di Minangkabau untuk mengambil warisan
ayahnya. Sesampainya di sana
ia tak mendapat sambutan hangat dari keluarga ayahnya layaknya keluarga.
Pertemuannya dengan Hayati menimbulkan perasaan antara dua anak manusia itu.
Zainuddin sering berkirim surat
hanya untuk mengungkapkan perasaannya dan ceritanya selama ini. Akan tetapi
hubungan keduanya tak mendapat restu dari mamak Hayati yang akhirnya membuat
Zainuddin harus meninggalkan Minangkabau dan menuju Padang Panjang.
Tanpa
sepengatahuan mamaknya, mereka berdua masih sering berkirim surat melalui adik Hayati,Ahmad. Masalah
mulai muncul saat Hayati dipinang Aziz,kakak dari sahabatnya sendiri, yaitu
Khadijah. Hayati sebenarnya masih berharap pada Zainuddin, tapi ia tak kuasa
menolak. Akhirnya menikahlah Hayati dengan Aziz. Pernikahan ini membuat
Zainuddin kehilangan semangat hidup hingga jatuh sakit dalam waktu yang lama.
Awal pernikahan mereka bahagia, tapi lama – kelamaan muncul sikap asli Aziz.
Hingga akhirnya Aziz dipindah tugas ke Surabaya
rumah tangga mereka semakin berantakan. Adapun Zainuddin dengan sisa kekuatan
dan semangat dari sahabatnya, Bang Muluk berhasil menjadi pengarang yang
termasyur. Selama ini ternyata Aziz mempunyai banyak hutang yang mengakibatkan
dia jatuh miskin. Selama ini Zainuddin pula yang membantu Hayati dan Aziz.
Sampai akhirnya Aziz meninggal dan Hayati sempat tinggal dengan Zainuddin.
Walau perasaannya kepada Hayati masih ada, Zainuddin sama sekali tidak
menampakkannya. Hayati pun disuruh pulang ke Padang dengan naik kapal. Naas, kapal yang
ditumpangi Hayati tenggelam. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Hayati
sempat meminta Zainuddin membisikkan kalimat syahadat. Sepeninggal Hayati,
Zainuddin sakit – sakitan dan akhirnya menyusul Hayati. Zainuddin dimakamkan di
dekat pusara Hayati. Adapun harta peninggalan Zainuddin diwariskan kepada
Muluk.
Komentar
:
Menurut saya, seperti kebanyakan karya sastra lama lainnya, Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck ini juga mengambil sebuah tema klasik, yaitu kisah kasih yang tak
sampai antara sepasang muda mudi. Jurang pemisah antara keduanya juga masih
seputar masalah adat dan harta serta tidak mendapat restu dari orang tua. Akan
tetapi Haji Abdul Malik Karim Abdullah atau yang sering disebut HAMKA mengemas
kisah cinta ini dengan caranya sendiri yang akhirnya mempunyai kekuatan
tersendiri untuk karya sastra lama ini. Membaca karya ini saya seperti dibawa
kembali ke masa lalu. Karya ini juga mengingatkan saya masa – masa di SMP.
Karena sewaktu SMP setiap akhir pelajaran Bahasa Indonesia atau ketika saya dan
teman – teman merasa jenuh, guru saya selalu menceritakan kisah Zainuddin dan
Hayati secara bersambung. Jadi setiap pelajaran Bahasa Indonesia kami selalu
menantikan kelanjutan kisah Zainuddin dan Hayati ini.
nonton filmnya va.. bagus. Eh, keren ya gurumu nyeritakan itu secara bersambung (y)
BalasHapusiya...jd pas SMP ak udh familiar sm critanya hayati n zainuddin in.. namanya guruku Bu Andri.. skrang orangny udh mninggal tp.. :(
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus